Rabu, 12 Mei 2010

SATRIA F 150 cc


Bukan rahasia umum, populasi Satria FU 150 makin menjamur di berbagai daerah hingga berefek juga di dunia dragbike. Dalam berbagai gelaran kelas khusus (OMR) Satria FU 150 dipastikan ramai menyentuh angka lebih dari 50 starter. Belum lagi di balap liar. Dipastikan lebih banyak lagi. “Saya sengaja membangun buat kelas standar liaran yang lagi diminati,“ tutur Ach. Suhendar, akrab dipanggil Songgaleng , tuner asal Kolor, Sumenep yang berbasecamp di Ruko Kwarasan GLANTHER


Sekilas info saja, wilayah drag liaran seputar Sumenep mulai area dekat Ruko (Kolor) dan jalanan dekat Pelar (Pandian). “Untuk kelas standar, biasanya setelah tarung, kita mengecek kompresi dengan membuka headcylinder, lalu camshaft, piston, rasio, magnet dan klep. Semua hal tersebut harus standar,“ tutur Songgaleng, mengibarkan bendera Glandangan Anak Terminal (GLANTHER), juga sempat populer di dunia road race saat Jupiter Z perdana hadir.
Alhasil, berdasar aturan main yang disepakati, kebanyakan berupaya mengganti dan mengupgrade Karburator, porting, CDI dan pemilihan final-gear yang tepat. Yuk kita selami dapur pacunya ! Kan bisa juga buat patokan sederahana yang kepingin mendongkrak tenaga FU 150 kesayangan. Karburator pakai keihin PE 28 yang notabene bawaan NSR SP. Diameter venturi sedikit diperbesar hingga 29 mm.
“Bertujuan menambah lebih banyak arus bahan bakar dan udara yang masuk ke ruangbbakar,“ terang Songgaleng, sembari menyebut pilihan main jet pada 120 dan pilot jet 55. Sampai di sini, jelas bahwa pemilihan karburator tidak akan efektif jika terlalu besar. Maklum saja, jeroan silinder masih standar pabrik. “Pernah pakai yang 30 mm, tapi tenaga bawahnya malah ngempos. Padahal buat trek pendek 201 meter,“ timpal tuner yang mengandalkan joki belia Hilman, putra mantan road racer Latifa asal Aeng daki.
Hal terpenting kedua yang mengalami ubahan ialah porting. Sekali lagi, memeluk misi untuk meningkatkan volume aliran gas aktif. “Inlet diplot dengan diameter 28 mm, sedang lubang buang yang aslinya berbentuk oval diubah menjadi setengah lingkaran hingga lebih lebar menjadi 30 mm,“ beber dia yang pernah tergabung di tim pabrikan Yamaha Yonk Jaya dan Yamaha Putra Gading. “Modifikasi area porting ini lebih terasa saat putaran menengah hingga atas,“ timpal dragster Hilman.
Selanjutnya, CDI dipilih Rextor tipe Adjustable yang lebih praktis alias tinggal pasang saja. Terakhir final-gear dipakai 12-42. “Walau rasio standar, start tetap dimulai dengan persneling satu. Intinya, harus cepat saat perpindahan gigi agar peak-performance dapat tercapai,“ tambah Songgaleng yang melepas perangkat double-starter untuk membantu memperingan putaran mesin hingga lebih responsif.::gnr
JARUM SKEP LEBIH GEMUK !
Berbagai cara sederhana ditempuh untuk meningkatkan semburan tenaga FU 150 dengan aroma standar ini. Dalam konteks ini, tetap dalam batas regulasi yang telah disepakati. Salah satunya dengan upaya meriset daleman karburator yang dipinang.
Misal sehubungan perfoma jarum skep hingga diputuskan untuk diganti. Bawaan asli ternyata kurang gahar. Diaplikasi jarum skep by TDR.
Apa nilai lebihnya ? Konstruksi lebih gemuk pada bagian tengah dan lebih lancip di ujungnya. “Selain lebih enak saat nyetting, pengaruh ubahan ini begitu kentara pada putaran atas. Tenaga lebih berisi,“ tutur Songgaleng yang masih menggunakan intake manifold asli FU 150 namun sedikit diperbesar hingga seputar diameter 28 mm. ::gnr

SPEK MODIF

KARBURATOR : Keihin PE 28, MAIN JET : 120, PILOT JET : 55, CDI : Rextor (Adjustable),
KNALPOT : SONGGALENG GLANTHER, FINAL GEAR : 12-42 (201 Meter).